Kamis, 23 Desember 2010

Terjebak Antara Macan & Ular


Terjebak Antara Macan & Ular
 
Ada sebuah cerita Buddhis, yang menggambarkan mengenai bagaimana kira-kira respon kita dalam menghadapi krisis antara hidup dan mati. Berikut ceritanya…

Seorang lelaki berlari tunggang langgang dikejar oleh seekor macan di hutan. Macan dapat berlari lebih cepat dari pada manusia dan termasuk binatang karnivora. Macan itu sedang dalam keadaan lapar.
Ketika macan hampir saja berhasil menerkamnya, orang itu melihat sebuah sumur di pinggir jalan. Dalam keputusasaan, tanpa pikir panjang dia melompat ke dalam sumur itu. Segera saja dia sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan fatal. Sumur itu kering, dan di dasarnya, dia melihat segulung besar ular hitam.

Secara naluriah dia menggapaikan lengannya untuk meraih tepi sumur, dan tangannya menemukan sebuah akar pohon yang mampu menahan laju berat tubuhnya. Ketika dia telah merasa cukup tenang, dia melihat si ular hitam menjulurkan tubuhnya setinggi mungkin untuk menyerang kakinya, tetapi kakinya sejengkal lebih tinggi. Dia lalu mendongakkan kepala dan melihat si macan mencondongkan tubuhnya di bibir sumur untuk mencoba mencakarnya dari atas. Tetapi tangannya sejengkal lebih jauh dari cakar si macan. Selama dia merenungkan keadaannya yang mengenaskan itu, dia melihat dua ekor tikus, yang satu hitam dan lainnya putih, muncul dari sebuah lubang kecil dan mulai menggerat akar pohon yang dipegangnya.

Selama si macan mencoba mencakarnya, kaki belakangnya berpijakan pada sebuah pohon kecil di tepi sumur yang menyebabkan pohon itu bergoyang-goyang. Pada salah satu dahan pohon yang menjuntai dari atas sumur, terdapat sebuah sarang lebah. Madu pun mulai menetes jatuh ke dalam sumur. Melihat tetesan madu, lelaki itu menjulurkan lidahnya untuk menampung tetesan madu tersebut. “Mmmm! Sedap sekali”, dia berkata kepada dirinya sendiri dan tersenyum.

Tatkala lelaki itu tengah menikmati setiap tetesan madu, tikus-tikus terus mengerat akar pohon sehingga menjadi semakin tipis. Si ular hitam pun terus menjulur-julurkan tubuhnya makin dekat dengan kaki si lelaki. Sementara simacan terus mencondongkan tubuhnya lebih dalam lagi hingga cakarnya nyaris menjangkau  tangan si lelaki. Si macan dengan penuh semangat terus berusaha mencondongkan kembali tubuhnya lebih dalam lagi. Tiba-tiba dia terjatuh ke dalam sumur, meluncur melewati lelaki itu dan menimpa si ular sampai mati yang dibawahnya. Macan itu pun sekarat di dasar sumur.

            Sering dalam kehidupan ini, kita bagaikan terjebak di antara si macan dan ular hitam. Diantara kematian dan sesuatu yang lebih buruk, dan dengan sepasang tikus mengunyah-unyah sebuah tali kehidupan tempat kita bergantung. Bahkan dalam situasi yang menakutkan seperti itu, selalu ada saja madu yang menetes entah dari mana. Jika kita bijaksana, kita akan menjulurkan lidah untuk menikmati tetes-tetes madu itu. Mengapa tidak? Ketika tidak ada yang perlu dilakukan, bersyukur dan nikmati saja apa yang telah diperoleh layaknyan menikmati tetes-tetes madu. Jadi mengapa menyia-nyiakan momen manisnya madu. Bahkan bila kita berada dalam masalah yang benar-benar pelik sekalipun. Masa depan itu tidak pasti. Kita tidak pernah tahu pasti, apa yang akan terjadi kemudian.


Sumber : Ajahn Brahm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar