Minggu, 19 Desember 2010

Kehidupan Bagaikan Sungai


Kehidupan Bagaikan Sungai


Suatu hari, seorang anak yang masih taman kanak-kanak sedang menghafal “Peraturan Taman Kanak-Kanak”.
“Satu, membagikan setengah dari barang yang kita miliki kepada teman. Dua, jangan memukul orang lain dan mengucapkan kata-kata kotor. Tiga, jangan mengambil barang yang bukan merupakan milik kita. Empat, barang-barang selalu dalam keadaan rapi dan bersih. Lima, bila berbuat salah pada orang lain harus meminta maaf…”
Selesai menghafal sang ayah bertanya pada anaknya, “Apakah semua ini sudah kamu lakukan?”
Anaknya menjawab dengan penuh percaya diri, “Sudah saya lakukan.”
Tiba-tiba anak itu mengedipkan matanya sambil balik bertanya pada sang ayah, “Ayah, apakah kesemuanya ini sudah ayah lakukan juga?”
Ditanya begitu oleh anaknya sendiri, di dalam lubuk hati sang ayah yang paling dalam terjadi guncangan hebat. Sungguh memalukan! Kadang kala, kita adalah orang dewasa yang telah kehilangan, kehilangan norma-norma paling mendasar untuk menjadi seorang yang sesungguhnya.
Terpikir oleh saya aliran-aliran sungai. Di muara setiap sungai tersebut, kualitas airnya sangat jernih dan bening, akan tetapi setelah tiba di pertengahan dan hilir, airnya akan menjadi semakin keruh. Kejernihan semula yang dimiliki telah lenyap entah kemana. Ilmuwan lingkungan hidup menjelaskan bahwa dalam proses mengalirnya, kurangnya tumbuhan di berbagai tempat di kedua sisi sungai menyebabkan terjadinya erosi tanah. Pasir dan tanah terdorong turun sehingga terjadi pencemaran pada kualitas air.
Kehidupan manusia bagaikan sebuah sungai. Jika sungai ingin mempertahankan kejernihan seperti pada muaranya, maka di kedua sisi sepanjang perjalanan alirannya harus ada penghijauan. Begitu juga dengan kehidupan manusia. Jika ingin selamanya mempertahankan ketulusan hati seperti pada masa kanak–kanak, maka keindahan sanubari harus selalu diperindah. (sis)
 
Sumber           : www.erabaru.or.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar