Bahaya Penyaluran Emosi Lewat Makan
Ini bukan pelarian yang baik, karena akan mengakibatkan lemak pada tubuh bertambah.
VIVAnews - Apakah Anda pernah pergi mencari makanan dan minuman setelah bertengkar dengan pasangan? Atau memanjakan diri dengan makan es krim dan cokelat setelah menjalani hari yang berat? Atau menghabiskan berbungkus-bungkus keripik karena Anda tidak tahu harus melakukan aktivitas apa?
Apa yang terjadi pada Anda ini dikenal sebagai 'emotional eating.' Artinya, kondisi di mana orang mengonsumsi makanan bukan karena lapar. tetapi karena berbagai macam alasan lain seperti ketakutan akan kelaparan, pengalihan pikiran dari hal yang tidak menyenangkan, membunuh rasa bosan dan rasa sepi.
"Jadi, faktor pendorong untuk makan bukan karena rasa lapar tetapi karena perasaan yang mengambang," kata Varkha Chulani, psikolog klinik seperti dikutip dari laman Times of India.
Dr Nupur Krishnan menambahkan ‘emotional eating’ terjadi ketika orang memiliki keinginan untuk makan saat emosinya tidak stabil. Dalam jangka waktu yang panjang, kebiasaan ini dapat menghancurkan rasa percaya diri dan kesehatan melalui penambahan berat badan yang berlebihan.
"Masalahnya bukan pada kemauan, tapi pada kebutuhan psikologis dan emosional, perubahan bentuk badan, pola pikir, kecanduan akan hilangnya emosi saat makan,” katanya.
Orang terbiasa mencari pelarian untuk melupakan sejenak masalah yang membelit mereka seperti belanja, pijat, berhubungan seks, dan juga makan. Mereka tidak memiliki strategi dan kepercayaan diri untuk menyelesaikan masalah sehingga mereka menemukan ketenangan pada makanan.
Hal ini pun mengakibatkan seseorang tidak dapat keluar dari kebiasaan ini, seperti berada dalam lingkaran setan. Tanpa disadari kebiasaan ini membuat tubuh melar dan bahkan obesitas. Bentuk tubuh yang tidak proporsional hanya memperburuk keadaan karena tekanan yang dirasakan akan semakin besar dan akan semakin mendorong untuk tetap melakukan 'emotional eating.'
Biasanya, ketika emosi, orang akan mengonsumsi makanan yang tidak banyak mengandung nutrisi, melainkan lebih banyak mengandung gula seperti permen, kue kering, es krim, roti. Hal ini pun meningkatkan kadar gula dalam darah dan menstimulasi otak untuk melepaskan zat kimia yang mendorong rasa lapar.
‘Emotional eating’ dapat mengakibatkan obesitas, depresi, insomnia, pikun, hilangnya massa otot, osteoporosis, kerontokan, tekanan darah rendah, rendahnya denyut jantung, sakit kepala, bahkan keinginan untuk bunuh diri.
Jika Anda temasuk orang dengan kebiasaan ini disarankan untuk tidak menggunakan makanan sebagai pelarian. Seandainya sudah terlanjur, carilah bantuan orang lain untuk menghentikannya.
Jangan biarkan perut kosong dalam waktu yang lama, rencanakan apa yang akan dimakan. Jika Anda tidak dapat berhenti untuk mengunyah, cobalah untuk mengonsumsi buah dan sayuran, hindari meminum kopi dan soda, hindari kue kering. Lebih baik mengonsumsi makanan yang mengenyangkan. Yang paling penting, cobalah untuk menghilangkan stres Anda dengan mendengarkan musik, yoga, atau meditasi.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar