Life Is Like A Stock Market
Kehidupan itu seperti pasar saham terdengar cukup aneh bagi kita semua. Terus mengapa saya bisa mengatakan bahwa hidup itu seperti stock market? Karena begini awalnya saya mendengarkan ceramah dari 2 bhante terkenal di dunia yaitu Yongey Mingyur Rinpoche dan Ajahn Brahm. Pada saat sesi bhante Yongey Mingyur Rinpoche.
Beliau menceritakan bahwa dia dulu mempunyai seorang teman yang merupakan seorang pemain saham yang ulung. Pada dua tahun lalu dia menang banyak dan dia menjadi miliyuner. Lalu pada tahun lalu terjadi krisis ekonomi sehingga mengakibatkan harga saham anjlok. Dia dari seorang milyuner menjadi seorang zeroliyuner. Pada saat itu, banyak dari teman – temannya yang shock dan tidak bisa menerima keadaan yang berubah sangat drastis sehingga mereka memilih untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Namun teman dari Bhante ini, dia tetap tenang walaupun dia sekarang orang miskin yang tidak mempunyai apa – apa. Dia dengan tenang dan sadar kalau suatu hari itu akan terjadi. Baginya uang bermilyar itu datang dari pasar saham jadi sangat wajar apabila suatu hari kalah dan harus mengembalikannya lagi ke pasar saham seluruh uang tersebut. Dia bisa menerima keadaan dan tidak melakukan bunuh diri atau menyiksa diri. Dia mempraktikkan Let Go tetapi bukan Give Up. Dia dapat merelakan semua hartanya dan menerima keadaan tetapi dia tidak menyerah dengan keadaan dan menyalahkan siapapun.
Pada tahun ini karena krisis ekonomi mulai membaik maka dia kembali menjadi seorang yang kaya namun kali ini dia menjadi trilyuner bukan seorang milyuner lagi dari seorang zeroliuner. Jadi bagi teman – teman semua, kita harus menyadari hokum Anicca yang telah diajarkan oleh Guru Agung kita Sang Buddha. Kita harus memahami dan benar – benar menerapkannya dalam kehidupan. Kita harus menyadari bahwa sesuatu itu tidak kekal dan semua yang berwujud itu bahkan tidak kekal. Jadi apabila kita mempunyai sesuatu yang menyenangkan kita harus bersyukur, menikmati, dan menyadari bahwa suatu hari semua itu akan lenyap dan hilang dengan sendirinya.
Yang terpenting adalah bahwa kita harus bisa menerima keadaan dengan Let Go tetapi bukan menyerah pada keadaan. Kita harus sadar betul bahwa hidup bukan jalan tol tetapi hidup itu seperti pasar saham dan jalan pegunungan yang selalu naik dan turun.
Ketika kita terjatuh di bawah, berusahalah untuk mendaki, isi tenaga dan semangat lalu ayo kita mulai perjuangan baru dan kita tulis cerita – cerita baru dalam buku kehidupan kita. Ketika kita di atas, kita harus sadar betul bahwa semuanya itu tidak kekal. Hal pertama yang harus dilakukan adalah bersyukur dan tetap berusaha sebaik mungkin sehingga ketidakkekalan ini dapat bertahan sedikit lebih lama. Jangan sombong dan merasa yang terhebat karena apapun itu suatu hari pasti bakal lenyap. Pada akhirnya, kita harus tetap menjaga kedamaian, kesadaran, ketenangan pikiran kita lalu kita juga harus melatih welas asih dan cinta kasih kepada orang lain sehingga kita akan mempunyai hati yang indah dan mulia. Kedua itu akan menjadi bekal kita dalam menghadapi badai kehidupan ini.(STV)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar